Skip to main content

Manjali dan Cakrabirawa oleh Ayu Utami

cover versi fish eye (edited)
  
Manjali dan Cakrabirawa (Lanjutan Seri Bilangan Fu)

Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Th.terbit : 2010
Genre : Roman, sastra

"Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kamu akan tetap percaya bahwa itu hanya kebetulan belaka?"

Ayu Utami, bagi penggemar sastra Indonesia yang menawarkan indahnya rangkaian kata, pengetahuan yang berlimpah dan kejujuran yang terbuka, maka Ayu Utami merupakan penulis favorit yang bisa menawarkan lebih dari 3 hal tersebut.

Manjali dan Cakrabirawa merupakan kelanjutan dari seri bilangan Fu yang sama dengan karya sebelumnya, Saman telah diganjar award untuk karya tersebut. 



Kebetulan pertama kali saya membaca karya Ayu Utami adalah saat SMA, dan karya yang saya baca adalah Larung, kelanjutan dari novel Saman.
Masih dengan ciri khas utama Ayu Utami, Manjali dan Cakrabirawa membawa pembaca untuk menelusuri perjalanan 3 tokoh utamanya, Marja Manjali - seorang mahasiswi jurusan Seni Rupa berusia 19 tahun yang berpacaran dengan Yuda berumur 24 tahun, dan mereka berdua bersahabat erat dengan Parang Jati, teman panjat tebing Yuda yang memiliki karakter berseberangan.

Di lembar-lembar pertama diceritakan bahwa karena alasan rahasia, Yuda menitipkan kekasih hatinya kepada sahabatnya, Parang Jati di sebuah desa di tanah Jawa tempat padepokan ayah angkat Parang Jati berdiri. Yuda meminta Marja berbohong kepada Parang Jati alasan kepergiannya demi menghormati nilai yang diemban oleh Parang Jati. Yuda pergi untuk melatih para pasukan khusus angkatan darat untuk latihan fisik panjat tebing, sementara Parang Jati membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Tentara. Parang Jati memang tidak akan pernah melarang Yuda untuk berdekatan dengan para tentara, namun bagaimanapun Yuda merasa tidak nyaman jika harus mengatakan alasan sebenarnya.

Sambil menunggu sang kekasih, Marja diajak oleh Parang Jati untuk meneliti situs candi yang baru saja ditemukan di daerah perbatasan Jawa tengah dan Jawa timur. Bersama Jacques, seorang peneliti dari Prancis yang sangat mencintai Indonesia, mereka berangkat menuju ke lokasi itu.

Pada awalnya Jacques yang bisa menduga adanya titik hubungan antara Marja, Yuda dan Parang Jati. Meskipun menolak setengah mati, Marja menyadari bahwa baru akhir-akhir ini dia memandang Parang Jati dengan cara berbeda, tidak seperti sebelum-belumnya.

Mereka menduga menemukan situs candi Calwanarang, atau setidaknya Parang Jati dan penduduk setempat berharap demikian. Calwanarang merupakan kisah tentang seorang janda cantik yang pandai menggunakan sihir. Calwanarang dipercaya menganut ilmu hitam atau aliran kiri. Calwanarang hidup di jaman kerajaan kahuripan masa pemerintahan Airlangga. Calwanarang dipercaya saat itu sedang bersitegang dengan Airlangga karena enggan tunduk kepada wilayah kekuasaan Airlangga. Namun karena reputasinya dalam mengirimkan teluh, Airlangga tidak bisa langsung menyerang wanita tersebut.

Calwanarang hidup bersama dengan putri cantiknya, Ratna Manjali. Mengetahui kisah tersebut, Marja merasakan banyak kebetulan yang terjadi sejak Ia memutuskan untuk mengikuti ekspedisi ini, pertama adalah bertemu dengan anjing yang dipercaya mencoba memberikan petunjuk bahwa mereka tersesat, Anjing adalah kendaraan dari Dewa Syiwa atau yang disebut Bhirawa, sementara Calwanarang sendiri beragama Dewa Syiwa, berseberangan dengan Airlangga. Kemudian nama  dari putri Manjali sendiri. 

Selama dalam penggalian situs candi tersebut, Marja yang awalnya adalah gadis metropolitan yang terbiasa hidup dengan menumpulkan indranya mendapatkan banyak pengetahuan terutama tentang sejarah kerajaan-kerajaan hindu dan budha, begitu juga tentang pemberontakan G30SPKI baik dari Parang Jati maupun Jacques.

Chakrabirawa sendiri adalah nama dari pasukan elit yang dibentuk oleh Presiden Sukarno yang ternyata menjadi aib karena pasukan tersebut dikomandani oleh Letnan Untung bertindak untuk mengeksekusi 7 jendral besar di tanggal 30 September 1965.  Pasukan tersebut dipercaya telah menganut paham komunisme dan berhubungan erat dengan PKI, maka sejak saat itu segala sesuatu yang berhubungan dengan PKI diburu dan dieksekusi dengan kejam. 

Terhimpit oleh perasaan yang menggebu-gebu terhadap Parang Jati dan pengalaman spiritual yang di alaminya, Marja menjadi gelisah selama hari-hari itu. Marja mencoba menahan diri untuk tidak menginginkan Parang Jati dengan mengingat tentang Yuda. Namun ketakutannya akan dongeng Banaspati, iblis yang berkeliaran memancarkan api, dan pertemuan misteriusnya dengan wanita tua yang tiba-tiba menghilang di balik pepohonan kamboja di kuburan, membuat Marja ingin berlindung di balik perlindungan Parang Jati. Marja menjadi manja pada Parang Jati, dan Parang Jati menyambutnya.

Sementara di tempat lain, Yuda bertemu dengan  Musa Wanara, seorang letnan satu yang tergila-gila dengan segala sesuatu berbau klenik. Tubuhnya memiliki tanda lahir yang menyerupai bentuk ular, simbol dari dewa Syiwa. 

Melalui cerita yang disampaikan Marja kepada Yuda melalui telpon, Musa tahu bahwa teman Yuda telah menemukan situs Calwanarang, dan Musa percaya bahwa di dalam situs itu akan tersimpan mantra Bhairawa Cakra atau Cakrabirawa milik Calwanarang. Barang siapa yang memiliki mantra itu dipercaya bisa menghancurkan apapun yang mau dihancurkan. 

Musa akhirnya menyeret Yuda dengan paksa (namun halus) untuk mengantarkannya mencuri mantra itu dari temannya.  Yuda tidak memiliki pilihan lain selain mengkhianati sahabatnya Parang Yuda dan kekasihnya untuk datang ke lokasi mereka dan berniat mengambil mantra itu.

Inti dari novel ini adalah perasaan terombang-ombang Marja yang mencintai 2 laki-laki itu secara bersamaan dan berbeda. Penemuan-penemuan situs purbakala dipandu dengan pengetahuan mendalam Ayu Utami akan agama dan kepercayaan pada masa Hindu dan Budha kemudian di ramu dengan opini, peredebatan tentang sejarah Indonesia adalah kekuatan utama Novel ini.

Bahkan sangat khas dengan Ayu Utami yang terkenal dengan perjuangannya melawan rezim Suharto saat itu, sejarah nasional indonesia dari masa kebudayaan hindu dan budha, peristiwa G30SPKI sampai reformasi disampaikan dengan tutur bahasa yang mudah dicerna, kuat dan tanpa memihak. Meskipun jelas Ayu Utami mencoba menyuarakan opini dan pandangannya tentang peristiwa G30SPKI, namun Ayu berhasil tidak mendeskreditkan sejarah yang ia tentang. Kebencian Parang jati akan tentara AD secara seimbang dibalas dengan kesukaan Yuda akan tentara.

Sekali lagi saya jatuh cinta pada Ayu Utami. Riset yang mendalam, pengetahuan yang luas membuat Novel ini tidak hanya sebagai karya sastra namun juga buku sejarah populer. Independensi, feminist masih tersuarakan layaknya novel-novel pendahulunya.

Kalimat-kalimatnya yang lugas seringkali menggeletik kesadaran pembacanya dan menyetujui pandangannya. Seperti kata di bawah ini.

"Iman, seperti cinta bekerja dengan ketidakterbatasan, tapi sains seperti logika, bekerja dengan batasan-batasan."

Namun, bagi saya repitisi beberapa kalimat di paragraf, lembar dan bab berikutnya, cukup membosankan dan melelahkan. Mungkin maksudnya untuk mengingatkan kembali pembaca yang budiman, namun bagi saya itu sangat memakan tempat dan waktu. 

Beberapa bagian di buku ini, meskipun tidak detail, menjabarkan hal-hal yang berhubungan dengan syahwat. Yah, meskipun lakon utama masih bisa dikatakan remaja namun terdapat beberapa penjabaran yang cukup saya beri rating 24+. Tapi, penjabaran itu khas Ayu Utami sekali menyerempet sedikit dan told beautifully dengan diksi yang artistik.

Buku ini telah berhasil menumbuhkan kecintaan saya kembali akan sastra dan sejarah Indonesia, menggeletik rasa ingin tahu saya tentang sejarah situs-situs warisan kebudayaan hindu budha yang berlimpah di negeri ini. 

But still, aku lebih prefer Saman dan Larung untuk sisi kasutraan, namun dari sisi pengetahuan, riset yang mendalam, Manjali dan Cakrabirawa patut saya kasih jempol 4!!

"Jika sebuah lagu mengiringi jatuh cintamu, maka kau akan jatuh cinta setiap kali lagu itu terdengar."

Kembali ke book index atau movie index 





I blog with BE Write

Comments

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...