Skip to main content

GO set a Watchman by Harper Lee

Go set  a Watchman
Go Set a Watchman
Author : Harper Lee
Tahun terbit : 2015
Bahasa : Inggris


***

Maycomb, Alabama. Twenty-six-year-old Jean Louise Finch – ‘Scout’ – returns home from New York City to visit her ageing father, Atticus. Set against the backdrop of the civil rights tensions and political turmoil that were transforming the South, Jean Louise’s homecoming turns bittersweet when she learns disturbing truths about her close-knit family, the town and the people dearest to her. Memories from her childhood flood back, and her values and assumptions are thrown into doubt. Featuring many of the iconic characters from To Kill a Mockingbird, Go Set a Watchman perfectly captures a young woman, and a world, in painful yet necessary transition out of the illusions of the past – a journey that can be guided only by one’s own conscience.

Written in the mid-1950s, Go Set a Watchman imparts a fuller, richer understanding and appreciation of Harper Lee. Here is an unforgettable novel of wisdom, humanity, passion, humour and effortless precision – a profoundly affecting work of art that is both wonderfully evocative of another era and relevant to our own times. It not only confirms the enduring brilliance of To Kill a Mockingbird, but also serves as its essential companion, adding depth, context and new meaning to a classic.

***

Saat pertama kali membaca artikel di New York Times terkait dengan kontroversi rencana penerbitan novel kedua Miss Harper Lee, pikiran saya hanya berisi tentang : 

"What happen with one-time-success-published-plan from Ms. Harper Lee?" 

Namun, bukan berarti saya tidak mengantisipasi kedatangan buku ini, instead, saya membelinya di hari pertama buku itu terbit secara worldwide. That, at least what i can do for my favorite author!
But I won't talking how much time I needed to finish this book (due to my circumstances).

Go Set a Watchman (GSaW) masih menceritakan tentang our lovely Jean Louise Finch 'Scout' yang kini telah beranjak dewasa dan diceritakan menetap di NYC. Awal buku dibuka dengan kedatangan Scout ke kota kelahiran sekaligus kota di mana ia tumbuh, Maycomb City, untuk mengunjungi ayahnya Atticus, yang telah menua. 

Diceritakan bahwa setting cerita ini adalah masih adanya ketegangan antara ras kulit warna dengan penduduk setempat- atau bahkan di seluruh Amerika. Dimana sejak diberikan pembebasan perbudakan, ras kulit berwarna semakin cepat tumbuh dan mulai menjadi 'gangguan' pada masyarakat setempat atas kebiasaan dan cara mereka hidup.

Namun, tinggal di kota lain, NYC, dimana kebebasan masing-masing individu sangat dijunjung dan dihargai telah membuat cara pandang, ideologi, kebiasaan, bahkan hampir seluruh hidup Scout berubah. Di awal-awal kedatangannya di Maycomb, Ia merasakan perbedaan tersebut terlalu mencolok dan membuatnya enggan beradaptasi pada kebiasaan-kebiasaan lama kota Maycomb. 

Puncaknya, saat Ia mengetahui secara diam-diam bahwa Ayahnya, dan teman masa kecilnya-yang sekaligus-tunangannya, sedang merencanakan sesuatu against the Negros. Hal itu membuat hidup dan perspektif Scout jungkir balik. 

Sama seperti Scout, pembaca yang mencintai To Kill a Mockingbird-mencintai sosok Atticus bahkan terinspirasi dengan sosok pengacara yang cinta keadilan dan berani memperjuangkan hak kaum minoritas saat semua orang menutup mata bahkan melawannya-pasti akan sangat marah karena di sini, kita melihat Atticus yang menjadi rasis. 

What happen with our beloved Atticus?

In fact, buku ini adalah tentang menjadi dewasa. Opini saya pribadi, saya menjadi sangat emosional sama seperti Scout pikirkan. Bahkan, saya sangat setuju dengan Scout (di awal-awal). Namun, semakin membalik halaman demi halaman, saya mengerti betapa 'beratnya' buku ini memberikan nutrisi dan pembelanjaran untuk otak dan sudut pandang tiap manusia untuk menghargai perubahan, bahkan kepada orang yang paling kita cintai. Sosok Idola yang kita anut sejak kecil.

Scout selalu mengidolakan Atticus, bahkan mungkin satu-satunya pahlawan yang Scout akui hingga Ia dewasa. Scout yang selalu melihat Ayahnya sempurna, bagaimana ia bertahan saat mengetahui ayahnya ternyata bukanlah 'gading yang tak retak'?

This is how Henry- one sided-love-fiancee- Scout mencoba menenangkan Scout:

"I'm trying to make you see beyond men's acts to their motives. A man can appear to be a part of something not-so-good on its face, but don't take it upon yourself to judge him unless you know his motives as well. A man can be boiling inside, but he knows a mild answer works better than showing his rage. A man can condemn his enemies, but it's wiser to know them."


This is how Scout confront his father:

"I don't know why you can't. Hypocrites have just as much right to live in this world as anybody"


And how her Uncle Jack remind her:

".....now you, Miss, born with your own conscience, somewhere along the line fastened it like a barnacle onto your father's. As you grew up, when you grown, totally unknown to yourself, you confused your father with God. You never saw him as a man with a man's heart, and a man's failings_I'll grant you it may have been hard to see, he makes so few mistakes, but he makes 'em like all of us. You were an emotional cripple, leaning on him, getting the answers from him, asumming that your answers would always be his answers."


dan Endingnya.....

I love the ending so much that it gives me a chill. 

Kesimpulannya:
Bagi saya tidak adil membandingkan antara To Kill a Mockingbird dengan Go set a watchman, dan agak tidak tepat menganggapnya sekuel mengingat Harper Lee menulis GSaW lebih dulu dan tidak pernah berniat untuk menerbitkannya. Namun, GSaW adalah bagaimana kita belajar menjadi dewasa, dan bagi mereka yang marah kepada Ms.Harper Lee karena telah 'mengacak-acak' karakter  Atticus, they miss the whole point of this book.
Jujur, dari awal hingga setengah bagian buku ini agak 'dragging' dan cukup membuat saya lelah membacanya, namun mengingat ini seharusnya buku pertama Ms.Harper. I can't complain! Instead, saya sangat kagum bagaimana ia bisa dengan cepat progress di TKaM. Trust me, that's really hardest part.

I love it, I really love it Ms. Harper Lee! You are definitely my forever-favorite-author! 


Comments

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...