photo credit to: verifiedchoice.com |
Nightingale
Author : Kristin Hannah
Year : 2015
Language : English
Edition : Ebooks.
***
In love we find out who we want to be.
In war we find out who we are.
FRANCE, 1939
In the quiet village of Carriveau, Vianne Mauriac says goodbye to her husband, Antoine, as he heads for the Front. She doesn't believe that the Nazis will invade France … but invade they do, in droves of marching soldiers, in caravans of trucks and tanks, in planes that fill the skies and drop bombs upon the innocent. When a German captain requisitions Vianne's home, she and her daughter must live with the enemy or lose everything. Without food or money or hope, as danger escalates all around them, she is forced to make one impossible choice after another to keep her family alive.
Vianne's sister, Isabelle, is a rebellious eighteen-year-old girl, searching for purpose with all the reckless passion of youth. While thousands of Parisians march into the unknown terrors of war, she meets Gäetan, a partisan who believes the French can fight the Nazis from within France, and she falls in love as only the young can … completely. But when he betrays her, Isabelle joins the Resistance and never looks back, risking her life time and again to save others.
With courage, grace and powerful insight, bestselling author Kristin Hannah captures the epic panorama of WWII and illuminates an intimate part of history seldom seen: the women's war. The Nightingale tells the stories of two sisters, separated by years and experience, by ideals, passion and circumstance, each embarking on her own dangerous path toward survival, love, and freedom in German-occupied, war-torn France--a heartbreakingly beautiful novel that celebrates the resilience of the human spirit and the durability of women. It is a novel for everyone, a novel for a lifetime.
***
Pertama kali membaca tentang buku ini adalah ketika iseng-iseng browsing di Amazon dan menemukan Nightingale-yang sering kali disejajarkan dengan All the Light We Cannot See yang ditulis oleh Anthony Doer. Membaca sejenak blurbs-nya, saya memutuskan untuk mencari versi e-booknya (karena saya tahu akan sulit mencari versi hardcovernya di toko buku import di Indonesia).
Nightingale mengenai perang dunia ke-2 dan merupakan topik yang pasti akan menarik untuk di baca karena saya jarang menemukan buku bertema sama yang turns out not recommended. Lebih menarik lagi, Nightingale berkisah tentang perang di mata wanita- dua wanita tepatnya, seorang Ibu dengan keluarga bahagia, dan remaja rebel yang sedang mencari jati diri.
Ibu itu bernama Vianne. Ia memiliki keluarga kecil yang bahagia, seorang suami dan putri cantik bernama Sophie. Namun perang telah mendekat, suami Vianne-Antoinne harus menunaikan tugasnya sebagai laki-laki, berada di garis depan peperangan. Menolak kenyataan, Vianne melepas kepergian Antoinne namun tidak pernah berfikir perang akan mendatangi Carriveu, tempat ia bermukim.
Sementara, Isabelle-adik kandung Vianne yang baru berusia 18 tahun, dikeluarkan untuk kesekian kalinya dari boarding school dan dikirim kembali ke rumah Ayahnya di Paris, Julien. Namun sama seperti bertahun-tahun lalu saat Julien baru kembali dari perang dunia I, Ia menolak keberadaan Isabelle, mengirim gadis itu pergi ke rumah kakak perempuannya-yang tidak jauh berbeda dengan Ayahnya, menolak keberadaan Isabelle.
Di perjalanan menuju Carriveu, Isabelle bertemu dengan Gaetan, seorang residivis tampan dan berbahaya yang akan membantunya tiba di Carriveu diantara reruntuhan tanah yang tak habis-habisnya diserang dari atas udara oleh tentara Jerman. Isabelle jatuh cinta pada laki-laki itu, namun Gaetan menghilang di tengah malam, meninggalkan Isabelle terluka dan kebingungan.
Di Carriveu, perang telah datang. Beberapa tentara nazi memutuskan untuk tinggal di rumah-rumah yang indah dan besar, termasuk rumah Vianne. Seorang laki-laki sopan bernama Captain Beck tinggal di rumah Vianne, meninggalkan Vianne ketakutan dan Isabelle yang penuh kemarahan.
Hari demi hari, Vianne hidup di garis kritis antara hidup dan mati karena tempramental Isabelle yang selalu menyulut masalah dengan Captain Becks. Hingga akhirnya Isabelle memutuskan untuk pergi, berjuang untuk kebebasan Prancis daripada tinggal di rumah dan membuat hidup Vianne serta Sophie diambang antara hidup dan mati gara-gara ulahnya.
Sejak saat itulah kehidupan kedua perempuan tersebut benar-benar berbeda. Isabelle yang setiap hari menantang hidupnya dengan menjadi kurir gerakan bawah tanah untuk kebebasan Prancis. Sementara Vianne, memilih berjuang sebagai seorang Ibu, hidup merendah, tidak mencolok dan berusaha tidak menyulut kemarahan tentara Nazi demi keselamatan Sophie dan dirinya. Bahkan, ia berhasil membina persahabatan dengan Captain Becks, hingga akhirnya dia merasakan sangat bersalah telah menyukai pihak musuh.
Hingga suatu kejadian, membuat Vianne berubah. Bahwa dibalik cara hidupnya yang selalu merendah, ia memiliki keberanian seorang Ibu yang berusaha mati-matian melindungi keluarga yang ia cintai. Bukan dengan cara berhadapan langsung dengan maut, namun berkorban dengan perasaan seorang Ibu.
Sementara Isabelle, perannya semakin sentral karena keberhasilannya menyelamatkan banyak tentara sekutu menyeberangi Prancis, untuk menuju ke Spanyol dimana ia bekerja sama dengan MI9. Di tengah hari-harinya yang penuh bahaya, ia masih menyimpan cinta yang sangat besar untuk Gaetan.
Keseluruhan, cerita kasih sayang antara Vianne dan Isabelle sangat indah. Bersaudara namun tidak bersahabat. Tapi ketika masa kritis menjemput,keluarga akan melakukan apapun untuk saling menyelamatkan. Begitulah cinta antara Vianne, Isabelle dan Ayahnya-yang sangat tertutup.
Deskripsi peperangan juga cukup kuat diceritakan-namun memang tidak bisa dibandingkan dengan deskripsi novel yang ditulis oleh seorang veteran perang-atau bergenre suspense. Peran Isabelle dalam jaringan Nightingale juga surprisingly important- sehingga terlihat bahwa Kristin Hannah tidak main-main dalam mengambil tema historical fiction.
Namun entah mengapa, segala sesuatu dalam buku ini menjadi terduga-seperti tidak ada elemen kejutannya. Seperti persembunyian di barns, pemerkosaan, kamp konsentrasi, dan peran Ayahnya. Kalau dibandingkan dengan musik, maka Nightingale ini akan seperti lagu milik ST12 dengan lirik dan musik yang bisa diduga bahkan meskipun untuk pertama kali mendengar. Saya tidak tahu mengapa, mungkin karena saya terlalu banyak membaca kisah tentang WWII atau tema melodrama.
Berbicara tentang melodrama, berbeda dengan The book Thief atau a Thousand Splendid Suns yang menceritakan tentang peperangan, saya tidak merasa sedih alih-alih menangis membaca Nightingale, seperti ada bagian emosi yang tidak terlalu dieksplore, dan dicut ketika klimaks. Seperti saat Ayahnya menyerahkan diri, atau malam terakhir Isabelle dan Gaetan. Padahal, Nightingale ini super tebal!
Overall, Buku ini cukup bagus dengan tema historical fiction, dan tentu sangat indah -yang menceritakan tentang cinta dalam suatu keluarga. Buku ini saya rekomendasikan sebagai warm-up, untuk membaca buku-buku bertema perang yang benar-benar Tear Jerk-er seperti a Thousand Splendid Suns atau Kite Runner !
Still, a very happy reading moment!
Comments
Post a Comment