Author : Kimberly Brubaker Bradley
Th.Terbit : 2015
Hlmn : 316
Genre : Young Adult, History
Bahasa : Inggris
Blurbs:
Nine-year-old Ada has never left her one-room apartment. Her mother is too humiliated by Ada’s twisted foot to let her outside. So when her little brother Jamie is shipped out of London to escape the war, Ada doesn’t waste a minute—she sneaks out to join him.
So begins a new adventure of Ada, and for Susan Smith, the woman who is forced to take the two kids in. As Ada teaches herself to ride a pony, learns to read, and watches for German spies, she begins to trust Susan—and Susan begins to love Ada and Jamie. But in the end, will their bond be enough to hold them together through wartime? Or will Ada and her brother fall back into the cruel hands of their mother?
Membutuhkan tenaga yang extra untuk mendapatkan edisi paperback ini di major bookstores. Ketika beberapa waktu yang lalu saya menemukan satu-satunya copy dan tanpa pikir panjang langsung membeli dan membacanya.
Dan hanya membutuhkan waktu sekitar 4 .5 jam untuk melahap habis 300 lebih halaman. Well, to be honest, sudah cukup lama saya tidak ngebut membaca buku.
The War that saved my life bersetting pada Perang Dunia II di Inggris. I always have a thing about WWII dan alasan itu juga yang membuat penulis memulai project buku ini.
Buku ini bercerita tentang gadis kecil berusia 11 tahun, Ada Smith. Ia tinggal di one-bed apartment yang sempit bersama dengan adik laki-lakinya, Jamie dan Ibunya di Kota London. Apartement mereka berada di atas pub tempat Ibunya bekerja sehari-hari.
Ada memiliki kondisi spesial yang disebut club foot. Kaki kanannya membengkok ke atas yang menyebabkan ia tidak dapat berjalan secara normal. Sehari-hari, ia selalu merangkak untuk pergi dari satu titik ke titik lain, hal itulah yang menyebabkan Ia tidak diperbolehkan untuk keluar dari apartement.
Setiap harinya, ia duduk di jendela untuk memperhatikan orang-orang di lingkungan ia tinggal memulai harinya. Ia menyapa beberapa wajah yang ia kenali dari atas, namun tidak pernah benar-benar berbicara dengan mereka.
Pernah sekali Ada mencoba untuk turun ke bawah dan ketika Ibunya tahu, ia dipukuli habis-habisan.
Awalnya, Ada memahami keadaannnya sampai ketika Jamie mulai tumbuh besar dan menghabiskan hari-harinya di luar. Ada merasa kesepian. Jamie selalu kembali penuh dengan cerita dan penemuan baru, sementara Ada harus terkurung dalam penjara apartemennya.
Hingga pada satu titik, Ada belajar untuk berjalan sendiri secara sembunyi-sembunyi meskipun sangat menyakiti kaki kanannya yang lemah.
Pada saat perang benar-benar tiba di UK, seluruh anak kecil yang bersekolah di tempat Jamie dikirim ke desa yang lebih aman. Ada memutuskan bahwa ia harus mengikuti Jamie karena ia tahu, ia tidak bisa hidup tanpa Jamie.
Pagi buta, Ada dan Jamie pergi dari rumah menuju ke sekolah dan mengikuti rombongan pergi dengan Kereta ke suatu daerah bernama Kent.
Di sana, ia dibariskan bersama dengan puluhan anak yang lain untuk dipilih oleh Keluarga-keluarga tempat mereka akan tinggal sementara. Sesuai ekspektasi, dan seperti yang selalu dibilang Ibunya, tidak ada orang baik yang mau menampung gadis seperti Ada, sementara Jamie, he's stuck with his sister.
Akhirnya, mereka diantarkan ke suatu rumah yang dihuni oleh wanita bernama Susan Smith. Mereka berdua dipaksa untuk tinggal bersama dengan Susan, meskipun Susan menolaknya.
Susan sedang berduka. Banyak hari dia merasa bukan dirinya sendiri, dan menghabiskan waktu tidak melakukan apapun di dalam kamarnya. Namun dalam mood yang lebih baik, Ia mengurus Ada dan Jamie bahkan jauh lebih baik dari Ibu kandungnya.
Transformasi hidup Ada sebenarnya dimulai saat ia memutuskan untuk belajar berjalan di dalam ruangan apartemennya yang sempit. Namun pertemuannya dengan Susan yang membuatnya perlahan demi perlahan mengerti arti kasih sayang.
Meskipun bersetting World War II, saya tidak merasakan bahwa kisah Ada sangat dark dan depressing. Saya mengerti cara berfikir Ada,sangat sulit menerima kasih orang lain karena kita tidak mencintai diri sendiri (meskipun kadang suka kesel!). Namun keberanian Ada ditambah dengan persistensi Susan membuat hubungan keduanya meskipun naik turun, dan akhirnya sangat mudah untuk saling membutuhkan tanpa kehilangan independensi masing-masing.
Yang terbaik dari buku ini adalah bagaimana keberanian seorang Ada. Dari gadis yang penuh ketakutan dan tidak pernah keluar dari kamar, menjadi seseorang yang berlari menaiki kuda, bertemu dengan mata-mata german dan memutuskan nasibnya sendiri dan mencintai dirinya sendiri.
Seperti yang saya bilang, meskipun WWII, buku ini tidak penuh dengan kesedihan atau kisah yang menguras emosi. Buku ini inspiratif dan what i really like is the positive tone. Mungkin karena buku ini ditujukan untuk pembaca muda, namun tanpa mengurangi kompleksitas karakter Ada.
I love this book, dan mungkin akan saya rekomendasikan pada younger generations agar mereka lebih mudah mengenal sejarah serta arti sebuah keberanian!
Comments
Post a Comment