Skip to main content

The Boy in the Stripped Pajamas (2008)

Director : Mark Herman
Cast : Asa Butterfield (Hugo), David Thewlis (Lupin-Harry Potter), Vera Farmiga, Jack Scanlon




Oh yes, this is another movie regarding Jew, Concentration Camp and Nazi. Just prepare your bag of tears!!

Sekali lagi film yang jatuh dalam pilihanku untuk ku-review adalah film mengenai hollocoust dan tentu mengandung humanity faith, once again!

The Boy in the stripped Pajamas menceritakan tentang Bruno (Asa Butterfield) yang merupakan anak dari seorang komandan tentara Jerman. Film ini bersetting di Jerman ketika masa 'pembersihan' Jerman dari para orang Yahudi.

Awalnya, Bruno tinggal bersama keluarganya di Berlin sampai akhirnya mereka harus pindah ke tempat lain karena ayahnya dipromosikan ke daerah lain. Awalnya, Bruno tidak suka dengan ide kepindahan mereka karena ia tidak mau kehilangan teman-temannya di Berlin.

Begitu mereka sampai di rumah baru mereka, Bruno mengetahui bahwa ada 'farm' di dekat rumah mereka dan tertarik untuk pergi ke sana mencari teman. Awalnya, Ibunya berfikir itu ide yang baik sampai akhirnya Ibu-nya mengetahui bahwa itu bukan 'farm' melainkan kamp konsentrasi. Karena itu, Ibu Bruno marah besar kepada sang Ayah karena pada awalnya sang Ayah berjanji bahwa lokasi rumah mereka jauh dari kamp konsentrasi di Auschwitz. Sejak saat itu, Bruno dilarang untuk mendekati 'farm' itu atau bahkan ke taman belakang rumah mereka.

Bruno pada dasarnya adalah anak yang suka eksplorasi sehingga tertahan sendirian dalam rumah membuatnya bosan. Di dalam rumah mereka terdapat laki-laki tua bernama Pavel yang bertugas untuk mengurusi keperluan rumah tangga mereka. Laki-laki itu menggunakan piyama bergaris-garis setiap hari dan kemanapun ia pergi. Hal itu tentu membuat Bruno bertanya-tanya mengapa laki-laki itu memakai piyama? Aku akui, akting dari David Haymen as Pavel, membuatku ingin menangis. Dia tidak dapat banyak line dalam film ini, namun without words, he surely can describe how suffer he is as Jewish man that time!!

Karena terkurung selama berhari-hari, akhirnya Bruno mendapatkan kesempatan untuk bisa menyelinap diam-diam dari rumahnya dan membawanya ke lokasi kamp konsentrasi. Disana ia bertemu dengan anak laki-laki penyendiri Shmuel yang juga berusia 8 tahun. Dari situlah persahabatan mereka mulai terjalin dibalik pagar listrik yang memisahkan mereka.

Secara diam-diam, Bruno setiap hari mengunjungi Shmuel dan mereka akan bermain meskipun di balik pagar. Terkadang Bruno membawakan Shmuel makanan karena Shmuel jarang mendapatkan makanan layak. Dari sinilah humanity kita tergilitik oleh pertanyaan-pertanyaan polos dari Bruno. Mengapa mereka penghuni 'farm' itu semua memakai piyama meskipun mereka bekerja? Kenapa Pavel yang semula dokter harus give up karirnya dan menjadi pembantu rumah tangga di rumah mereka? apakah mereka menggunakan nomor yang tertempel dalam piyama mereka untuk bermain?

Film ini menarik karena penonton akan merasakan bagaimana sudut pandang sebuah perang dari kacamata seorang anak usia 8 tahun sementara yang hanya ia tahu adalah bermain. Dia tidak mengenal sejarah sampai ketika homeschooling teacher Bruno memaksakan untuk mengajarinya tentang sejarah dan mendoktrinasi bagaimana kebencian orang jerman kepada para Jewish. Pertanyaan Bruno pada sang guru yang menarik adalah seperti ini:
"Kenapa negara ini bisa hancur karena salah dari satu orang jew?"
kemudian sang gru Herr Lizts menjawab : "Tidak hanya satu orang, tapi seluruh orang yahudi."
"Apakah semua orang yahudi jahat? bagaimana jika aku menemukan satu orang yahudi yang baik?" Tanya Bruno lagi.
"Maka kamu adalah the best explorer in this world." Jawab sang guru, memustahilkan pertanyaan Bruno.



Sejak mengetahui itu, bahwa dia seharusnya menjadi musuh dari orang yahudi, Bruno menjadi bimbang antara doktrinasi dari sang guru dan kenyataan bahwa dia bersahabat dengan Shmuel-seorang yahudi. Di samping itu, berjalannya dengan waktu dia juga akhirnya mengetahui bahwa sang Ayah adalah komandan dari kamp konsentrasi itu dan Bruno tahu bagaimana buruknya para orang yahudi diperlakukan di dalam kamp. Disitulah dilema Bruno semakin menguat, dia sangat menghormati ayahnya dan membanggakannya, dan dia terus mencari alasan bahwa ayahnya adalah orang yang baik.



Tokoh sang ayah juga diperankan dengan baik oleh David Thewlis yang merupakan pemeran Professor Lupin dalam film Harry Potter. Oh ya, aku menyukainya karena akting nya sebagai 'ayah' selalu bagus bahkan saat di harry potter.

British Movie ini, menurutku layak mendapatkan nominasi penghargaan karena screen writer yang bagus, dan tentu akting yang menawan baik dari Bruno dan especially Schmuel. Tapi jangan mengharapkan ada adegan peperangan di dalam film ini, karena film ini murni film 'humanity recall' if I may called it :)

Well, selanjutnya..persahabatan kedua anak itu ternyata membawa konsekuensi yang tidak terduga yaitu ketika Bruno mau menyeberangi pagar listrik dan masuk ke kamp konsentrasi.

Menurutku, aku akan memberi rating film ini 8 dari 10! I love the act and the scenario most :)

The Pianist,story about a jew pianist during WWII
The Boy in the stripped pajamas, an unbelievable friendship between commander's son and a Jew during WWII
Life is beautiful, WWII from an Italian Jew father's eyes

A Schindler's List, story about a success businessman to save his Jew labors



Comments

  1. aku nonton film ini tahun 2007 waktu masih di jkt.
    bagus critanya,twist ending pula.

    uda nonton ini len?http://www.imdb.com/title/tt0111161/
    film lama,emang jauh lebih berbobot masalah crita.
    :)

    ReplyDelete
  2. Shawsank redemption? Wah belum..tapi ratingnya di imdb bagus...Aq hunting dulu DVD nya nanti kalo benar bagus Aq review :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...