Skip to main content

High Fidelity

Attractive cover High Fidelity
Identities:
Author : Nick Hornby
Language : English
Publication date : 1995
Publisher : Penguin Books
Pages : 253 pgs
 

Rob is a pop music junkie who runs his own semi-failing record store. His girlfriend, Laura, has just left him for the guy upstairs, and Rob is both miserable and relieved. After all, could he have spent his life with someone who has a bad record collection? Rob seeks refuge in the company of the offbeat clerks at his store, who endlessly review their top five films; top five Elvis Costello songs; top five episodes of Cheers.

Rob tries dating a singer, but maybe it’s just that he’s always wanted to sleep with someone who has a record contract. Then he sees Laura again. And Rob begins to think that life with kids, marriage, barbecues, and soft rock CDs might not be so bad.





***




 







You'd know this guy, or at some point of your life, may be, you were Rob Flemming. 

Nama Nick Hornby pertama kali diperkenalkan oleh temanku-kebetulan book junkie with whole different style of book-ketika kami sedang browsing buku bekas di betterworldbooks. Dia bilang, "If you love Catcher in the Rye, somehow, you will love Nick Hornby!" Kebetulan pada saat Big Bad Wolf Books di Surabaya, koleksi buku Nick Hornby sedang diobral besar-besaran, maka saya memungut salah satu dengan cover dan judul paling menarik, High Fidelity.

So there is Rob Fleming, Pemuda berusia tiga puluh tahun lebih sedang merasakan putus cinta untuk kesekian kalinya dengan Laura. Di awal, Rob menceritakan bahwa Laura bukanlah siapa-siapa yang bisa menganggu kestabilan hidupnya, bahkan dia tidak masuk ke daftar 5 besar gadis yang mematahkan hatinya sedemekian kalinya.

Rob dengan hobinya menyusun daftar mulai menceritakan 5 gadis yang berhasil masuk ke hidupnya sekaligus mematahkannya dengan cara yang berbeda-beda. Dari kekasih pertama, cinta segitiga hingga gadis paling cantik (dan artsy) yang berhasil meremukkan percaya diri Rob. 

Rob bertemu Laura ketika ia berada di puncak karirnya. Rob adalah seorang DJ dan Laura bekerja di jalur hukum. Mereka berkenalan kemudian saling menyukai hingga tinggal bersama. Hingga saat ini keadaan berbalik, Rob sedang berjuang dengan toko musiknya sedangkan Laura menjadi pengacara terpandang dengan kantor yang mentereng.

Rob bahkan tidak merasa kehilangan ketika Laura pergi. Rob menjalani kehidupan seperti biasanya, bahkan cenderung menikmati kebebasannya setelah sekian lama. Setiap hari, Rob pergi ke toko musiknya dan bertemu dua pemuda part-timer dengan kepribadian yang sangat berbeda, Dick dan Barry. Meskipun demikian, ketiganya memiliki kesamaan bottom line, hidup dalam idealisme musik dan enggan menghadapi hidup yang sesungguhnya.


Sampai suatu hari, Rob, Dick dan Barry bertemu dengan Marie La-Selle, penyanyi indie music dari united States. Rob mendeskripsikan kecantikan Marie seperti artis Susan Dey, dan somehow dari cara Marie menyanyi membuat Rob merindukan Laura sekaligus jatuh cinta pada Marie secara bersamaan.

Marie menyambut kekaguman Rob dengan pertemanan yang hangat. Namun Marie kesepian, dan dia gadis Amerika yang lebih terbuka terhadap perasaannya. Mereka memutuskan menghabiskan malam bersama, namun sayangnya semua tidak berjalan dengan lancar.

Meskipun menolak mengakui Ia merindukan Laura, Rob mencoba cara lain untuk terus hadir dalam kehidupan Laura. Dari mengajaknya bertengkar melalui telpon di kantor Laura sampai membuntuti Ian-laki-laki yang kebetulan menjadi selingkuhan Laura sebelum mereka berpisah.

Kejadian demi kejadian yang terjadi kemudian hanya membuat Rob begitu frustasi dengan hidupnya. Bangkrut dan patah hati, membuat Rob menjadi sangat bitter (lebih bitter dari biasanya) kepada siapapun tidak terkecuali Dick dan Barry.

Kefrustasian Rob pun sampai membawanya melacak kembali 5 mantan kekasihnya untuk bertanya kepada mereka, what's wrong with us? Dimana, pertanyaan sesungguhnya yang harus ditanyakan Rob kepada mereka adalah 'What's wrong with me?'

High Fidelity secara keseluruhan menceritakan tentang sebuah proses seorang pemuda menjadi laki-laki meskipun sedikit terlambat dalam kasus Rob. Bagaimana ia mengalirkan kemarahannya kepada siapapun yang berada di dekatnya merupakan wujud dari ketidakmampuannya mengenali perasaan hancur karena ditinggalkan Laura.

Dialog demi dialog, terutama antara ketiga pemuda absurd, Rob, Dick dan Barry-lah yang membuat novel ini begitu hidup dan 'manusiawi'. I mean, i guess every one experienced this on some degree, we don't know that we love someone until (s)he already left.

Kepribadian Rob yang tidak sempurna, begitu juga dengan Laura, Dick dan Barry membuat pembaca menikmati cerita Nick Hornby seperti kita mengetahui cerita tentang seseorang yang kita tahu.Serta pengetahuan yang luar biasa luas tentang musik dan seleranya merupakan nilai plus tersendiri bagi pecinta musik (bahkan, dia menghina tentang pecinta Phil Collins).

Ada kejadian dimana Rob dan Barry sengaja mengusir seseorang yang datang ke tokonya, karena pembeli menanyakan suatu vinyl tentang penyanyi yang menurut mereka berdua-belum memenuhi standart telinga. Pertanyaan itu dianggap sebagai hinaan  atas selera musik Rob dan Barry, yang menurut saya berhasil mengantarkan kedua karakter tersebut dengan kepribadiannya yang sangat kuat.

Menurut saya, apa yang membuat buku ini menjadi meledak di pasaran dan bahkan menjadi timeless adalah bagaimana Nick berbicara tentang manhood dengan level emosional yang tidak semua orang memilikinya. Membacanya, akan membawa pada kenangan tentang pemuda yang tumbuh di tahun90'an dan bagaimana fanatis musik mempengaruhi seluruh hidupnya.

Since I called it classic, buku ini menurut saya wajib dibaca oleh para lelaki atau wanita yang ingin merasakan dan mengetahui bagaimana cara otak laki-laki bekerja, terutama mereka yang phobia pada keterikatan.

It was good read, indeed!

Comments

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...