Skip to main content

No Longer Human by Osamu Dazai

No Longer Human
Author : Osamu Dazai
Year 1st Published : 1948
Publisher : Tuttle

***

The poignant and fascinating story of a young man who is caught between the breakup of the traditions of a northern Japanese aristocratic family and the impact of Western ideas.
Portraying himself as a failure, the protagonist of Osamu Dazai's No Longer Human narrates a seemingly normal life even while he feels himself incapable of understanding human beings. Oba Yozo's attempts to reconcile himself to the world around him begin in early childhood, continue through high school, where he becomes a "clown" to mask his alienation, and eventually lead to a failed suicide attempt as an adult. Without sentimentality, he records the casual cruelties of life and its fleeting moments of human connection and tenderness.
***
Pernah membaca karya Haruki Murakami? Franz Kafka? Albert Camus? 
Jika Ya untuk ketiganya, maka kamu tidak akan asing dengan No Longer Human milik Osamu Dazai, atau bahkan menikmati.

Meskipun tidak terlalu dikenal mendunia seperti Haruki Murakami, Osamu Dazai merupakan salah satu penulis Jepang di awal abad 20 yang diterima secara internasional, bahkan karya dia telah dianggap sebagai salah satu literatur wajib di Jepang.

No Longer Human merupakan kumpulan catatan yang terdiri dari beberapa buku harian atas kehidupan pria bernama Obo Yozo. Di lembaran pertama, diceritakan bahwa sejak ia kecil, dia tidak merasakan menjadi bagian dari manusia.

Obo Yozo terlahir dari keluarga terpandang di sebuah kota kecil, Ayahnya adalah seorang politikus dan hal tersebut membuatnya sering berpergian ke luar kota. Yozo memiliki beberapa saudara, dan diantara saudaranya, Yozo paling tidak bisa menolak perintah/permintaan Ayahnya.

Yozo merupakan murid yang cerdas, selalu mendapat tempat pertama di kelas bahkan ketika dia bermalas-malasan dan tidak pernah belajar. Hingga akhirnya ia duduk di bangku kuliah, jauh dari pengawasan orang tuanya, Yozo semakin kehilangan minat belajar. Dia lebih menghabiskan waktu untuk mengikuti klub melukis, atau perkumpulan pemuda komunis. 

Namun sesungguhnya Yozo tidak tahu apa yang ia inginkan di dalam hidup. Bahkan saat perkumpulan menunjuk ia sebagai spokesman, ia sesungguhnya tidak terlalu minat kepada faham komunisme, namun lebih nyaman melihat ekspresi anggota-anggota di bawahnya.

Yozo memiliki seorang teman dekat yang menurutnya paling tidak mirip dengan dia. Bersama temannya, dia mulai menjalani kehidupan sesuai keinginannya. Minum minuman keras hingga mabuk dan prostitusi sampai akhirnya hal tersebut diketahui Ayahnya, dan mulai mengurangi allowance-nya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang janda yang mengajaknya bunuh diri dengan cara mencebur ke laut. 

Wanita itu meninggal, namun ia tidak. Hal tersebut membuat ia dikurung dalam penjara selama beberapa saat sampai seseorang membayar jaminan agar ia bebas kembali. Namun ia tidak berubah, ia kembali menjalani kehidupan yang sama dan percobaan bunuh diri beberapa kali.

Semua cerita tersebut, ia tulis dalam jurnal dan sampai di akhirnya buku tersebut dikirimkan ke seorang wanita yang meminta agar jurnal tersebut bisa diterbitkan.

Buku ini meskipun tipis namun kaya akan pengetahuan tentang beberapa topik penting seperti human nature, mental illness, social relationships, and postwar Japan. Dan kenyataannya, tidak lama setelah buku ini terbit, Osomu Dazai memutuskan mengakhiri hidupnya. Segala yang ada di buku ini terlalu mirip dengan kisah hidupnya hingga dapat disebut sebagai semi-otobiografi. 

Menariknya, saat membaca buku ini untuk 4 hours straight, saya tidak sedikitpun melakukan judgement atas segala perbuatan, tingkah laku dan ucapan yang dilakukan Yozo meskipun jelas menyalahi norma dan agama yang saya yakini. Cara penceritaan yang begitu mengalir, tanpa justifikasi, frustasi, bahkan hingga di akhir cerita kita hanya bisa menduga-duga alasan mengapa Yozo memiliki sifat yang bipolar.

He's just simply didn't feel like any human. Dia memisahkan pribadinya dari kehidupan manusia, dan melihat manusia lain merupakan spesies yang berbeda dengannya karena kegagalannya menemukan kesamaan ekspresi, tingkah laku atau respon dengan manusia umumnya. Ia tidak pernah merasa spesial, ia hanya merasa bukan manusia. 

"There are all kinds of unhappy people in this world. I suppose it would be no exaggeration to say that world is composed entirely of unhappy people. But those people can fight their unhappiness with society fairly and squarely, and society for its part easily understands and sympathizes with such struggles." 


Di dalam buku ini pun tidak sedikitpun Yozo memberikan justifikasi bahwa manusia harusnya begini atau begitu, bahwa manusia ini baik atau buruk. Just like i said, every thing is flowing just like how Marukami writing his stories. May be, this is the originality of Japanese book.

Selain itu, diksi dan susunan kata disusun secara cantik, mengena tanpa membuatnya terlalu berbunga-bunga, maupun murah. I think this book is perfect, beyond everything. Unless, I wish Osamu-san still alive and write another masterpiece.

I love this book, beyond everything and i am just too sad to knowing Osamu-san is no longer here, in this same planet where the human lives. 

More Like This:

The Setting Sun by Osamu Dazai
Kokoro by  Natsune Soseki


Comments

  1. Halo kak. Kebetulan saya tertarik dengan buku ini, kalau boleh tahu di mana kakak beli bukunya?

    Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan belinya waktu di luar Indonesia, coba cek di betterworldbooks.com biasanya mereka ada yang versi second

      Delete
  2. kak, yg kakak beli versi bahasa apa?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...