Skip to main content

Catching Star by Fira Basuki


Catching Star by Fira Basuki
 Catching Star
Author : Fira Basuki
Tahun terbit : November,2014
Halaman : 140 

Blurbs:
Baiklah, ini di hari aku mati. Aku tidak tahu berapa lama aku berjalan. Aku lalu sadar aku ya itu tadi, mati. Meninggal.Kehilangan nyawa. Tiada. Ora ono. Sebutlah apa aja, yang jelas aku sudah tidak ada di dunia. Kulihat jasadku di sana. Aku tidak bisa kembali karena cahaya itu memanggilku. Tapi aku masih belum bisa mendekati cahaya itu. Seakan aku disuruh melihat keadaan ragaku.
Aku tidak menyesal untuk mati..

****
"Aku di alam ini mengerti, bahwa jodoh sebenarnya memiliki umur seperti manusia. Ada yang berjodoh bertemu, tapi tidak untuk menikah. Ada yang berjodoh menikah untuk sebuah sejarah dan pembelajaran, lalu bercerai jika waktunya. Ada juga yang berjodoh di dunia demikian lama hingga mereka masing-masing meninggal. "

***
Terakhir kali aku membaca buku karya Fira Basuki adalah saat jaman SMA yaitu Biru. Biru meninggalkan kesan yang mendalam padaku saat itu dan kujadikan salah satu buku favorit dari tangan para pengarang senior Indonesia bersama dengan Ayu Utami, Dee Lestari dan Remy Silado.

Sejalan dengan waktu, genre kesukaanku mulai berubah dan mulai meninggalkan tema-tema buku yang 'agak ringan'. Aku mulai mencari sastra, atau kalau tidak ya full fantasy termasuk twilight saga (yay!judge me I love the trilogy!and..the books not the movie)

Sejak terakhir membaca Fan girl, aku mulai merasakan kerinduan yang tidak pernah kusadari pada tema-tema agak ringan dan akhirnya memilih aman dengan membeli buku dari tangan pengarang yang sudah aku kenali dan kusukai, Fira Basuki. Lagipula, cover Catching Star juga sangat adorable yaitu full black cover dengan wanita berjubah merah sedang duduk di atas awan mencoba meraih bintang cemerlang warna putih. Terlihat bahwa cover tersebut merupakan lukisan tangan yang aku bertaruh adalah karya Fira Basuki sendiri (dan ternyata benar).

Membaca blurbs, aku langsung tahu bahwa ini adalah tentang seseorang yang meninggal mencoba menceritakan tentang life-after her death-before judgement day. Buku setebal 140 halaman ini dikawal oleh Wangi, seorang penyanyi terkenal yang telah memasuki masa senjanya dan meninggal. Melayang menjauh dari tubuhnya, dia tertarik kesana kemari untuk mengamati apa saja yang terjadi di sekitarnya dan mengungkit kembali masa lalunya yang paling kelam.

Wangi meninggal dengan tenang dan ikhlas. Dia ingin bertemu dengan suaminya, Bumi yang meninggalkan dunia terlebih dahulu namun perjalanannya untuk bertemu Bumi tidak secepat itu. Dia harus menyelesaikan urusan-urusan dunianya terutama masa lalunya yang kelam. Tentang para pria sebelum Bumi, dan kesalahan-kesalahannya di masa muda.

Bagaimana putrinya Mawar menghadapi kematian Wangi dan harus mengetahui masa lalu kelam ibunya, dan putranya Jati yang kemudian  ternyata menghadapi kematian ibunya dengan cara yang berbeda yaitu lebih dekat dengan Tuhan.

Sejauh yang ku baca, catching star exactly seperti dugaanku. Aku belum menemukan efek kejutan dan kurang larut dalam emosi yang berusaha diciptakan oleh buku ini. aku pernah merasakan kehilangan seseorang yang sangat dekat dan penting dalam hidupku dan tahu bagaimana terseret dalam duka saat kepergiannya. Catching star secara komprehensif dapat menunjukkan emosi kehilangan in general, namun tidak secara detail. Atau dalam kata lain buku ini belum menyentuh hatiku.
Dan lagi, aku bukan penggemar kahlil gibran yang memiliki tutur bahasa majas tingkat tinggi dan luar biasa indah hingga aku tidak mengerti maksudnya, namun aku selalu berfikir bahwa novel adalah tentang diksi, tentang keindahan di balik kata tanpa perlu berlebihan. Sayangnya, catching star belum menang dalam hal itu. Aku belum menemukan keindahan kata yang dipilih oleh FirBas dan mungkin itu alasan mengapa aku tidak terseret secara emosional dengan buku ini.

Salah satu goof lagi, adalah di salah satu bagian ketika Wangi masih muda, diceritakan ia baru 10 tahun sejak ia memulai karirnya sebagai penyanyi, yaitu saya asumsikan usia 20 tahun lebih dan tiba-tiba di jaman segitu-yang aku perkirakan tahun 60'an- tiba-tiba ada teknologi ponsel. Aku sampai membaca 2x kalo-kalo aku salah membaca, namun tetap saja benar. Berdasarkan wikipedia,  ponsel komersial pertama kali di tahun '83. Ato mungkin aku yang salah itung-itungan tahun :D ga mungkin FirBas bisa luput hal seperti itu.

Oke, truth to be told, ekpektasiku terlalu tinggi untuk buku ini dan akhirnya aku banyak mengeluh di sana-sini. Namun aku sangat menyukai lukisan-lukisan yang memenuhi buku tipis itu. Seluruhnya adalah lukisan karya Firbas dan sangat mysterious dan cantik. 

To Sum Up everything, entah mengapa saat membaca buku ini aku memikirkan bahwa kisah ini berhubungan erat dengan kepergian suami tercinta Fira Basuki. Aku seolah membayangkan FirBas sedang berimajinasi bagaimana jika ia menyusul suaminya dan sedang menatap dunia di bawah untuk menyelesaikan urusannya. Meskipun ceritanya adalah fiktif.

Honestly buku ini agak meleset dari ekspektasiku namun lukisan-lukisan di dalam buku cukup menolong ratingnya dan menyelamatkan penyesalannya. 


Comments

Popular posts from this blog

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalami pe