Beautiful Ruins (Hardcover edition) |
Author : Jess Walter
Year : 2012
Dengan sampul yang luar biasa cantik, foto dari sebuah kota di Cinque Terre- pesisir Italia, buku ini langsung menarik perhatian siapapun yang melihat. Tanpa membaca blurbs (yang memang tidak ada di halaman belakang!), pembaca akan menimang apakah buku ini layak untuk dibawa pulang? Apalagi, buku ini mendapatkan banyak pujian dari siapapun yang namanya tertera di cover bagian belakang tersebut.
Beautiful Ruins menceritakan tentang beberapa orang dengan pusatnya adalah seorang pemuda berusia 20-an bernama Pasquale, dan seorang aktris kelas dua holywood bernama Dee Moray. Pasquale adalah satu-satunya anak yang tersisa dari pasangan Italia yang tinggal di sebuah desa berada di Cinque Terre, Italia. Desa yang berada di kaki bukit karang yang tidak memiliki pantai, dan terpisah dari desa-desa lain yang lebih maju. Pasquale mengelola sebuah hostel bernama "Adequate View" dengan jumlah pengunjung yang bisa dihitung jari selama setahun.
Pasquale muda memiliki mimpi bahwa penginapannya akan menjadi daya tarik wisata mancanegara, terutama orang amerika. Perlahan, dia membangun pantai, dan lapangan tenis di dekat hostelnya. Sampai suatu ketika, seorang aktris muda Holywood mengunjungi penginapannya dan memutuskan tinggal sejenak di daerah terpencil tersebut.
Aktris yang cantik, ditambah ia berasal dari Amerika membuat Pasquale muda bersemangat. Dengan bahasa inggris terbatas, ia mencoba menanyakan mengapa ia memilih tinggal di hostelnya, bukan hotel besar di desa sebelah.
Namun ternyata aktris tersebut, Dee Moray membawa rahasia yang kemudian ditemukan oleh Pasquale saat ia datang ke Florence, mencari laki-laki yang seharusnya menemani Dee-dalam sakitnya, di sebuah lokasi syuting film termahal (dan gagal) saat itu, Cleopatra.Di sanalah muncul sosok Richard Burton dan Elizabeth Taylor, serta produser kenamaan Michael Deane.
Meloncat 50 tahun kemudian, diceritakan tentang seorang gadis bernama Claire yang bekerja sebagai asisten Michael Deane- yang berada dalam krisis kreaitivitasnya untuk membuat film yang berkualitas. Serta seorang pemuda inferior bernama Shane, yang kemudian bertemu dengan Pasquale tua, kemudian disanalah cerita pencarian mereka pada sosok Dee Moray dimulai.
Alur penceritaan dibuat maju-mundur antara tahun 1962 sampai present time (2012), serta terdapat beberapa manuskrip, dan cerpen yang turut menyiratkan misteri dari hidup Pasquale dan Dee Moray selama 50 tahun terakhir.
Pada bab awal, saya merasakan novel ini sangat menjanjikan, setting Cinque Terre diceritakan secara mendetail dan luar biasa indah. Karakter Pasquale yang cerdas namun naif juga menjadi magnet yang kuat. Namun saat tiba-tiba muncul sosok Claire-ditambah dengan kerandoman tokoh-tokoh lain, membuat saya ngos-ngosan bacanya.
Cinque Terre (photo from Stock) |
Tidak percaya diri, saya memutuskan untuk menggali alasan mengapa buku ini well praised, dan ternyata jawabannya adalah karena buku ini menceritakan Hollywood in satyr way. Well, karena saya tidak terlalu peduli dengan hidup orang-orang yang bekerja di Hollywood, rasanya buku ini kurang greget bagi saya. Apalagi kehidupan Richard Burton dan Elizabeth Taylor yang terus diulang-ulang membuat saya skip bagian ini.
Talking about satyr, I think Mr.Kwan done better!
Tapi, tidak semua di dalam buku ini bukan selera saya, terdapat beberapa quote yang menenangkan seperti:
"Pasqo, the smaller the space between your desire and what is right, the happier you will be."
Mengingat buku ini ditulis Jess Walter selama 15 tahun, i think it is deserved an acclamation (but it is just not my taste!).
Comments
Post a Comment