Skip to main content

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun 
The Setting Sun
Author : Osamu Dazai
Published in 1947
Original Language : Japanese

***
Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society.

***




"Such Innocence really charms me, and I wndered if Mother might not be one of the last of that kind of lady"

Ketika saya secara tidak sengaja membaca No Longer Human  di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Shibuya, saya tertarik dengan judul dan Covernya yang abstrak. Setelah menyelesaikannya, dan melakukan sedikit riset, ternyata setahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun-yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional.

Masih membawa background sang penulis,Aristocracy, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalami perceraian dan kemudian menyusul saudara laki-lakinya, Naoji yang baru kembali setelah Perang Dunia II berakhir.

Sebelum perang, dan saat Ayahnya masih hidup, keluarga tersebut adalah keluarga terpandang yang tinggal di rumah mewah dan bangga menyebut dirinya sebagai Aristokrat. Namun saat ayahnya meninggal, dengan tidak satupun anggota keluarga tersebut bekerja, maka perlahan demi perlahan mereka menjual segala harta benda hingga akhirnya mereka pindah ke sebuah vila di desa yang sederhana. 

Apalagi, Naoji memiliki masalah dengan obat-obatan terlarang dan alkohol yang membuat keluarga tersebut bersusah payah membayar hutang Naoji.

Diceritakan dari sudut pandang Kazuko tentang seorang wanita dari keluarga terhormat, dengan segala sifat polos dan lugunya, harus bekerja kasar untuk terus menghidupi Ibunya yang sakit-sakitan, dan adiknya yang tidak mempunyai beban dalam menghabiskan uang. 

Kepribadian Kazuko sendiri sangat menarik, Ia memuja keeksentrikan Ibunya-yang dianggap berbeda dengan sifat aristokrasinya, Ia juga membenci sekaligus sangat menyayangi adiknya, Naoji. Sebagai mantan 'Nyonya' yang hanya tahu cara menyeduh teh dan menjahit untuk membunuh waktu, Kazuko dengan tidak sulit berubah menjadi wanita desa yang menyusun kayu bakar atau bercocok tanam. Hingga suatu malam, Kazuko secara tidak sengaja membakar kayu yang menyebabkan kebakaran yang hampir merembet ke perkampungan. Karena itu, Kazuko harus menyediakan banyak uang untuk meminta maaf ke setiap rumah di desa, sambil mendengarkan beberapa kemarahan mereka.

Hal yang menarik dari lembar awal buku ini hingga akhir adalah bagaimana Kazuko berulang kali melihat ular di halaman rumahnya. Selain itu, Kazuko juga membakar telur ular tersebut secara impulsif. Ular tersebut pun seperti pertanda kematian, seperti pada saat ayahnya meninggal. Deep down, alasan Kazuko membakar telur ular tersebut adalah ketakutannya bahwa ular tersebut akan terus hadir menghantuinya seolah berusaha memberitahu kematian Ibunya sudah dekat.

Kekuatan utama buku ini adalah keberhasilannya dalam memotret kondisi Jepang setelah perang dunia dalam sebuah cerita tentang keluarga aristokrat yang diambang kehancuran. Di dalam surat yang ditulis Kazuko, ia menggambarkan bahwa the Setting Sun seolah-olah gambaran bagaimana Jepang (sebagai negeri matahari terbit) sedang berjuang dalam hal moralitas

Karakter Naoji sendiri, tidak bisa dipisahkan dari kisah hidup Sang Penulis sendiri Osamu Dazai. Bagaimana ketidakpeduliannya terhadap uang, dan tingkah lakunya yang bebas-sebagai bentuk kefrustrasiannya karena terlahir sebagai aristokrat, serta bagaimana cara ia mengakhiri dirinya.

Beyond everything, Osamu Dazai adalah jenius yang berhasil menulis begitu banyak sisi seperti sosial, politik, keluarga, cinta, ambisi dan sisi buruk manusia ke dalam 189 halaman dengan hanya menceritakan kehidupan sehari-hari keluarga yang di ambang kehancuran.
 Meskipun terkadang saat membaca Kazuko tidak merasakan feminitas, saya tidak keberatan karena buku ini adalah masterpiece!!!

Still, makes me awe with Japanese art!        

nb: mencari buku ini juga sedikit petualangan bagi saya, dan akhirnya berhasil mendapatkannya di www.betterworldbooks.com dengan tahun terbit 1956!!the oldest book i ever had! 

Comments

Popular posts from this blog

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published