Skip to main content

The War I Finally Won by Kimberly Brubaker Bradley [2017]

The War I Finally Won
When Ada’s clubfoot is surgically fixed at last, she knows for certain that she’s not what her mother said she was—damaged, deranged, crippled mentally as well as physically. She’s not a daughter anymore, either. Who is she now?

World War II rages on, and Ada and her brother, Jamie, move with their guardian, Susan, into a cottage with the iron-faced Lady Thorton and her daughter, Maggie. Life in the crowded home is tense. Then Ruth moves in. Ruth, a Jewish girl, from Germany. A German? Could Ruth be a spy?

As the fallout from war intensifies, calamity creeps closer, and life during wartime grows even more complicated. Who will Ada decide to be? How can she keep fighting? And who will she struggle to save?

Ada’s first story, The War that Saved My Life, was a #1 New York Times bestseller and won a Newbery Honor, the Schneider Family Book Award, and the Josette Frank Award, in addition to appearing on multiple best-of-the-year lists. This second masterwork of historical fiction continues Ada's journey of family, faith, and identity, showing us that real freedom is not just the ability to choose, but the courage to make the right choice.
 ***
The War I Finally Won
Author : Kimberly Brubaker Bradley
Edition Language : English
Hardcover
Pages : 389 
Publisher : Dial Books
Published : October 2017
Genre : Young Adult , Historical Fiction


 Welcome to the world of Ada Smith, again.

Setelah jatuh cinta pada buku pertama The War that Saved My Life, saya khusus memesan buku sekuel kedua The War I Finally Won melalui online. Setelah mencari dimana-mana tidak menemukan versi paperback, akhirnya saya menyerah dengan edisi hardcover.

Awalnya, buku ini duduk manis di rak selama berminggu-minggu karena jujur, ekspektasi saya terhadap buku kedua selalu kurang menggebu-gebu jika buku pertamanya luar biasa bagus. Membaca buku kedua adalah karena nanggung, pengen tahu endingnya. Meskipun ending di buku pertama pun sebenarnya bisa ditutup selamanya.

Berbekal hal tersebut, saya membacanya tanpa ekspektasi. Ada Smith, gadis berusia 11 tahun yang seumur hidupnya harus menghadapi club foot,keadaan dimana salah satu telapak kakinya membengkok ke atas sehingga ia berjalan menggunakan punggung kakinya. Bahkan ia baru bisa berjalan sejak perang dunia II pecah dan menyerang apartemennya di London.

Kini, berada di rumah sakit bersama dengan penjaganya, Susan Smith, ia akhirnya menghadapi operasi yang selama ini tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa itu mungkin. Tersadar dari operasi, kini ia memiliki dua kaki yang normal. Tidak ada lagi club foot, tidak ada lagi kebencian Ibunya pada dirinya.

Namun perang belum usai, Ada harus cepat mandiri dari Susan karena ia harus menjaga Jamie-adik kecilnya apapun yang terjadi. Ada ingin melupakan bahwa ia pernah memiliki club foot, ia tidak ingin membahasnya lagi karena luka emosional yang disebabkan keadaan itu masih belum sembuh.

Pulang dari rumah sakit, Ada, Susan dan Jamie tidak memiliki rumah lagi karena rumah Susan telah di bomb sebelumnya saat Susan mencari Ada dan Jamie di London. Namun tetangga mereka, Lady Thorton menawarkan mereka untuk tinggal di cottage milik keluarga Thorton. Meskipun Ada merasa tidak ingin berterima kasih pada Lady Thorton, Ada harus menerimanya.

Selain itu, Ada harus menerima berita bahwa Ibu kandungnya telah meninggal. Jamie yang memiliki hubungan baik dengan Ibu kandungnya, berduka sementara Ada tidak. Ada bahkan tidak mengerti makna dari berkabung. Merasa malu karena tidak bersedih, Ada menyimpan dalam-dalam perasaannya.

Karena perang tak kunjung usai, keadaan terus berubah. Lady Thorton harus merelakan mansion-nya dijadikan kantor pemerintah sehingga ia terpaksa tinggal dengan keluarga Ada. Sementara itu, Susan harus menerima seorang murid di dalam rumah mereka, seorang berwarga negara Jerman, Ruth.

Terjebak antara paradigma orang-orang dewasa tentang Jerman, Ada menganggap Ruth adalah mata-mata. Sementara Ruth, tidak ingin bersosialisasi dengan keluarga itu karena ia tahu apapun yang ia lakukan, mereka akan tetap menghakiminya karena ia seorang warga negara Jerman. Musuh dari Inggris.

Selanjutnya, banyak kejadian-kejadian yang tak terduga terus datang dan tentunya kisah tentang pony kesayangannya, Butter tetap ada.

Jika buku pertama menceritakan bagaimana Ada mulai belajar menerima kebaikan orang lain, di buku kedua ini lebih menceritakan bagaimana Ada mulai memberikan kebaikan. Bagaimana ia mengembangkan hubungannya dengan orang lain yang tidak ia sukai, seperti Lady Thorton dan Ruth. 

Jauh di dalam hati Ada, pergulatan itu terus hadir bagaimana ia menganggap Susan dalam hidupnya. terjebak antara tidak ingin bergantung pada Susan dan bagaimana perasaannya yang juga mencintai sosok Ibu penuh kasih sayang yang tak pernah ia kenal. 

Buku kedua ini, jauh lebih emosional. Pembaca mau tidak mau akan tenggelam dalam dunia Ada Smith. Pergulatan batinnya, luka emosional yang mempengaruhi seluruh keputusan dalam hidupnya. Namun yang pasti, buku kedua ini adalah tentang keberanian seorang Ada.

Percaya ga kalau buku ini sebenarnya ditulis untuk pre-teen? namun pembacanya terdiri dari berbagai lapisan umur. Buku ini mengingatkan saya pada kisah Little Woman, tentang kehangatan keluarga, kasih sayang, kebaikan dan kemurahan hati. 

Bahasa yang digunakan pun tidak terlalu berat, bahkan pada buku ini Ada sedang belajar tentang kosakata bahasa inggris, secara tidak langsung kita juga belajar kosakata baru.

Setelah saya menutup buku, saya tersenyum. Sekali lagi penulis berhasil menulis sebuah kisah menyentuh namun sama sekali tidak membuatnya 'dark'. Dalam satu bab, bahkan saya menangis ketika Ada mendapatkan hadiah natal yang sama sekali tidak dapat diduga. 

Kalau saya bisa ngasih 6 bintang out of five, maka saya akan melakukannya. Saya berharap buku ini akan menjadi timeless dan segera menjadi buku klasik yang akan terus dibaca meskipun jaman telah berganti.

Thank you Kimberly for writing such a beautiful story, characters and most of all, humanity.




Comments

Popular posts from this blog

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalam...

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h...

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published...