![]() |
Ashes to Ashes They only meant to right the wrongs. It was about getting even. Burn for burn. But the fire they lit kept raging…Reeve ended up hurt, then Rennie ended up dead. Everything will turn to ash if they don’t stop what they started. But now that Mary knows the truth about what happened to her, will she want to? Secrets drew Lillia, Kat, and Mary together. The truth might tear them apart. *** Ashes to Ashes (book III Burn for Burn Trilogy) Author : Jenny Han & Vivian Sobhian Year Published : 2014 Genre : Young Adult
Please reread the blurb...and feels the ending would be a let down..?
Oke, setelah menggebu-gebu membaca buku I Burn for Burn dan buku II Fire with Fire, saya memutuskan untuk langsung membaca buku III, Ashes to Ashes. Rencananya saya mau baca semalaman seperti dua yang lain..tapi..
Recap buku sebelumnya, Lilia dan Reeve kembali bersama karena keduanya sadar tidak bisa hidup berjauhan. Alex Lind memberikan silent treatment kepada Reeve dan Lilia, Lilia merasa sedih karena dia ternyata ga bisa hidup juga tanpa Alex (Duh!), tapi hanya pembaca yang tahu kalau Mary sudah meninggal dan Reeve tentunya.
Bingung mengapa dia tidak bisa ke alam baka, Mary mulai menghantui Reeve. Kemarahannya terhadap Reeve semakin tak terbendung, hanya kematian Reeve yang mungkin akan meloloskan arwah Mary untuk kembali ke alam baka. Setiap malam, Mary nyamperin mimpi Reeve, merusak tiap mimpi indah yang Reeve alami dengan kemunculannya.
Sementara Kat, merasa bersalah terhadap Mary karena telah merestui hubungan Reeve dan Lilia, terus mencari Mary yang mendadak menghilang. Ia pikir, Mary kembali ke orang tuanya.
Lilia..was so in love dengan Reeve, sambil berusaha untuk memenangkan hati teman-temannya kembali, termasuk Alex Lind.
Berkali-kali Mary mencoba menyabotase hidup Kat dan Lilia karena merasa mereka telah mengkhianatinya. Mary juga menampakkan diri di sekolah untuk menyebarkan berita tentang Reeve telah membully teman perempuannya hingga orang itu meninggal.
Hidup Reeve berantakan. Sampai suatu ketika, Lilia dan Kat menyadari bahwa selama ini mereka berteman dengan hantu. Mereka mengerti jika Mary datang untuk membalas dendam pada Reeve.
Mereka ingin menghentikan Mary, meskipun kehidupan Kat terutama, berantakan karena Mary. Aplikasi kuliah, hubungan dengan Alex Lind. Dan untuk menyelamatkan Reeve, mereka harus menyegel Mary di rumah Tantenya, dengan mengorbankan hal yang paling mereka cintai.
Kat mengorbankan anjingnya, sementara Lilia Reeve.
Tapi dasar cinta (atau nafsu?), Lilia broke the spell, Mary terlepas dan kali ini dia benar-benar akan mengakhiri semuanya.
First of all, sejak saya curiga Mary ini hantu di buku kedua tapi saya tepiskan berkali-kali karena ada logic flaw di buku pertama, sampai di buku ketiga, tidak ada penjelasan yang bisa saya terima ketika Mary mendadak adalah hantu.
Membaca buku setengah, saya berhenti dan memutuskan meneruskan besoknya karena setiap bab terasa membosankan. Mary si hantu iseng, Lilia yang get it all, Kat yang ga jelas perannya disini sebagai apa.
Sampai di ending, saya makin kecewa karena endingnya super bisa ditebak.
Menurut saya, buku ini kurang menarik dibandingkan buku I dan II. Seperti yang biasa terjadi di sekuel lain (bagi saya sekuel Me Before You terutama), harusnya buku ini diakhiri di buku I yang manis dan menarik. Namun sekali lagi, karena ini buka sebelum sekuel To the Boys I loved Before, saya menerima ke-raw-an buku ini. Namun entah mengapa saya agak merasa bahwa antara Vivian dan Jenny, salah satunya menulis dengan setengah-setengah, sementara yang lain terlalu mendominasi dengan cerita tentang Lilia.
|
No Longer Human Author : Osamu Dazai Year 1st Published : 1948 Publisher : Tuttle *** The poignant and fascinating story of a young man who is caught between the breakup of the traditions of a northern Japanese aristocratic family and the impact of Western ideas. Portraying himself as a failure, the protagonist of Osamu Dazai's No Longer Human narrates a seemingly normal life even while he feels himself incapable of understanding human beings. Oba Yozo's attempts to reconcile himself to the world around him begin in early childhood, continue through high school, where he becomes a "clown" to mask his alienation, and eventually lead to a failed suicide attempt as an adult. Without sentimentality, he records the casual cruelties of life and its fleeting moments of human connection and tenderness. *** Pernah membaca karya Haruki Murakami? Franz Kafka? Albert Camus? Jika Ya untuk ketiganya, maka kamu tidak akan asing dengan No Longer Human milik Osamu...
Comments
Post a Comment