Skip to main content

The Secret of the Immortal Nicholas Flamel : The Sorceress

The Secret of the Immortal Nicholas Flamel : The Sorceress #3

Author : Michael Scott

Year of published : 2009


Buku ketiga dari sekuel The Secret of the Immortal Nicholas Flamel : The Sorceress melanjutkan cerita buku kedua, yaitu perlarian si kembar, Josh dan Sophie bersama dengan sang Alchemyst, The Famous Mr. Flamel menuju ke London, kota yang berada dalam kekuasaan John Dee dan tempat berkumpulnya para tetua jahat.

Di London, Flamel dan rombongan dijemput oleh salah seorang teman Francis St.Germain, Palamades- The Sarcaren Knight. Setelah melewati beberapa halangan-yaitu para utusan tetua gelap dan Dr. John Dee akhirnya mereka tiba di suatu tempat-semacam tempat pembuangan sampah yang digunakan sebagai tempat mereka untuk bersembunyi.

Disana juga, mereka langsung disambut oleh William Shakespeare-manusia immortal yang dulunya adalah murid dari Flamel. Rupanya, William pernah mengkhianati Flamel demi Dr. John Dee dan akhirnya mendapatkan bayaran yang setimpal atas pengkhianatan itu. Kini William ingin memperbaiki hubungannya dengan Flamel.

Selama dalam persembunyian itu, si kembar mendapatkan informasi bahwa selama ini Flamel banyak mengkoleksi pasangan kembar dan sebagian besar dari mereka mati sia-sia selama proses pembangkitan. Mengetahui itu semakin luntur kepercayaan Josh kepada Flamel. Josh lebih mempercayai Dee daripada Flamel dan ia berusaha menyadarkan saudarinya.

Sementara itu, di San Fransisco, tepatnya Alcatraz, setelah berhasil mengalahkan Dewi Gagak,Paranelle harus berurusan dengan The Old Man of the Sea, laki-laki bertubuh separuh manusia dan berkaki gurita. Dia membawa serta anak-anak perempuannya, Nereid untuk menghalangi siapapun yang ingin mendekat atau menjauh dari Alcatraz. Untungnya, Paranelle memiliki ally baru yaitu saudara Dewi Gagak yang tertidur cukup lama dalam diri Dewi Gagak. Setelah menipu si Itali, Machievalli dan teman amerikanya, Billy the Kid, Paranelle berhasil meloloskan diri dari Alcatraz setelah sebelumnya berhasil menghubungi Scathach yang sedang bersama Joan.

Kembali ke London, Tetua telah membangkitkan Cernunos-Archon-yang lebih tua dari para tetua, Master dari Wild Hunt-pack of wolf musuh bebuyutan Gabriel Hound- pack of dog yang setia pada William shakespeare. Pertempuran besarpun tidak dapat dihindari. Dalam kesempatan kali ini saja, para lakon itu setidaknya melawan-walau ujungnya mereka tetap berlari untuk menemui Gilgamesh, manusia immortal paling tua  untuk mempelajari Kekuatan air.

So far, buku ketiga masih menawarkan recurring theme yang sama dengan buku kedua dan ketiga. Pelarian dan pelarian. Musuh yang dikenalkan pun sangat menakutkan pada awalnya namun ternyata dikalahkan dengan mudah. I think too many new characters, too many enemies to be defeated. Aku hampir tidak dapat mengingat nama para musuh karena sangat singkatnya waktu tampil mereka.

I think they should stop running. Seriously. Mungkin penulis ingin 'pamer' sedikit dengan luasnya pengetahuan yang ia miliki dalam sejarah dan kota-kota penting yang ada di dunia. Mengingat Michael Scott adalah pendongeng, dan mythology-expert, idealisme yang ia tanamkan adalah agar para pembacanya mengetahui dan mengenal seluruh karakter mitologi dan sejarah yang ada di dunia, namun sayang durasinya yang terlalu pendek dan karakternya yang tidak terlalu kuat membuat ingatan pembaca menguap seketika. Like I said before, more saga, less character please...


So far, I finished this book, good sign right? but overall, nothing been improved since book 1 in this book!!

Review sekuel sebelum/sesudahnya:
  1. The Secrets of Immortal Nicholas Flamel #1 : The Alchemyst
  2. The Secrets of Immortal Nicholas Flamel #2 : The Magician
  3. The Secrets of Immortal Nicholas Flamel #4 : The Necromancer
  4. The Secrets of Immortal Nicholas Flamel #5 :  The Warlock



Comments

Popular posts from this blog

Inheritance, Seri Terakhir Tetralogi Inheritance cycles

Judul : Inheritance Penulis : Christopher Paolini Tahun : 2011 (Indonesia,2012) Publisher : Gramedia (Indonesia) Di bulan Juni 2012 ini, akhirnya Gramedia menerbitkan seri terakhir yang telah ditunggu selama lebih dari 3 tahun, Inheritance. Inheritance merupakan buku keempat dari tetralogi Inheritance Cycle yang ditulis oleh anak muda berbakat, Christoper Paolini. Tetralogi ini terdiri dari Eragon (2002), Eldest (2005), Brisingr (2008), dan Inheritance (2011,diterbitkan di Indonesia 2012). Jika kita sedikit lupa dengan cerita terakhir bagaimana ending di buku ketiga,Brisingr, pada bab pengantar akan disajikan ringkasan tiga buku yang dapat merefresh ingatan kita sampai dimana perjuangan Eragon dan Naga birunya, Saphira untun menumbangkan Galbatorix. Secara keseluruhan, Inheritance cycle mengisahkan tentang perjuangan remaja yatim piatu bernama Eragon yang ditakdirkan berperan sebagai penunggang naga betina terakhir, Saphira. Sebelum bertemu Saphira, seumur hidup Eragon h

The Setting Sun by Osamu Dazai

The Setting Sun  The Setting Sun Author : Osamu Dazai Published in 1947 Original Language : Japanese *** Set in the early postwar years, it probes the destructive effects of war and the transition from a feudal Japan to an industrial society. *** "Such Innocence really charms me, and I wndered if M other might not be one of the last of that kind of lady" Ketika saya secara tidak senga ja membaca No Longer Human   di rak buku Best Seller di sebuah pusat toko buku di Sh ibuya, saya tertar i k dengan judul dan Covernya yang abstra k. Setelah menye lesaikannya, dan mela kukan sedi kit riset, ternyata se tahun sebelum No Longer Human, Osamu Dazai menulis The Setting Sun -yang juga banyak mendapat pujian dan pengakuan secara Internasional. Masih membawa backgroun d sang penulis,Aristocrac y, Osamu Dazai membentuk karakter utama  yang surprisingly wanita berusia 30 tahunan bernama Kazuko. Kazuko tinggal bersama dengan Ibunya setelah mengalami pe

Strange Weather in Tokyo by Hiromi Kawakami

Strange Weather in Tokyo Tsukiko, thirty-eight, works in an office and lives alone. One night, she happens to meet one of her former high school teachers, "Sensei," in a local bar. Tsukiko had only ever called him "Sensei" ("Teacher"). He is thirty years her senior, retired, and presumably a widower. Their relationship develops from a perfunctory acknowledgment of each other as they eat and drink alone at the bar, to a hesitant intimacy which tilts awkwardly and poignantly into love. As Tsukiko and Sensei grow to know and love one another, time's passing is marked by Kawakami's gentle hints at the changing seasons: from warm sake to chilled beer, from the buds on the trees to the blooming of the cherry blossoms. Strange Weather in Tokyo is a moving, funny, and immersive tale of modern Japan and old-fashioned romance.  **** Strange Weather in Tokyo Author : Hiromi Kawakami Translator : Allison Markin Powell Published